DEWAN KESENIAN DAERAH SUMBAWA...
silamo ngesar!

DEWAN KESENIAN DAERAH (DKS)

Senin, 14 Maret 2016

Ribuan Orang Berebutan Kue di Ritual Ponan

Pesta Ponan

Belasan ribu pengunjung dari dalam dan luar Sumbawa menghadiri Ritual Adat Pasaji Ponan Sedekah Orong atau biasa disebut Pesta Ponan di Bukit Ponan, Desa Lengas, Kecamatan Moyo Hilir, Minggu (13/3). Pesta Ponan merupakan pesta tahunan yang diadakan masyarakat untuk menggelar do’a bersama sebagai ajang syukuran atas ikhtiar tanam padi dan juga untuk memohon kepada Allah SWT agar tanaman padi bisa membawa hasil yang melimpah. Uniknya dari kegiatan ini, para pengunjung berebutan kue tradisional terbuat dari tepung beras yang sengaja disiapkan oleh kaum wanita setempat. Ini merupakan salah satu tradisi. Tidak satupun kue yang dihidangkan berupa gorengan atau kue yang digoreng. Semua jenis kue yang dihidangkan seperti petikal, buras, range’ maupun onde-onde tanpa gula. Semuanya harus dimasak dengan cara direbus dan dibakar untuk range’. Sedangkan kue petikal dan buras harus dibungkus menggunakan daun kelapa dan daun pisang. Penggunaan daun kelapa dan pisang ternyata bagi masyarakat setempat dianggap sebagai bentuk kehebatan nenek moyang mereka dalam menyikapi sesuatu. Pasalnya, dengan peringatan tradisi Ponan ini, masyarakat yang awalnya tidak menanam pisang dan kelapa akhirnya menanam kedua jenis tanaman ini. Hal ini dianggap sebagai bentuk pelestarian lingkungan.

Pesta Ponan 2Upacara ponan diawali dengan dzikir dan doa yang dipimpin pemuka adat dan kyai. Usai doa, dilanjutkan dengan pembagian makanan ke seluruh warga dan ditutup dengan makan bersama. Tidak semua makanan dihabiskan, tapi sebagian dibawa pulang untuk ditebarkan di ladang dan sawah mereka. Mereka percaya makanan keramat ini bisa menyuburkan ladang dan menghindarkan mereka dari segala bencana.
Pada prinsipnya upacara adat ponan tersebut erat kaitannya dengan konsepsi keyakinan mengenai kesuburan dan keberhasilan produksi pertanian. Ditinjau dari latar belakang sejarah, upacara Ponan mencerminkan anasir campuran antara tradisi lokal dengan pengaruh Agama Islam sebagai bagian proses akulturasi wilayah Nusa Tenggara. Upacara Ponan dapat ditinjau dari fungsi magis religius dan fungsi sosial. Fungsi magis religius terkait dengan perilaku gaib produktif yang lebih merupakan tindakan ritus permohonan kesuburan dan penolakan bencana yang mengancam keberhasilan produksi. Fungsi sosial terkait dengan upaya meningkatkan kesadaran sosial atau integrasi sosial antar warga petani
Di atas Bukit Ponan tempat diselenggarakannya Pesta Ponan terdapat Makam Haji Batu yang dikeramatkan masyarakat sekitar. Haji Batu adalah orang yang rajin merawat padinya sehingga hasil panennya melimpah. Menurut cerita yang beredar dalam masyarakat Haji Batu sebenarnya menpunyai nama asli Gafar. Suatu hari saat melewati sebuah sungai, Haji Batu melihat banyak burung yang hendak minum dari sungai tersebut. Namun burung-burung itu terlihat ketakutan. Melihat peristiwa itu Haji Batu mencoba untuk berwudhu dengan air sungai tersebut. Namun ketika mengambil air dengan tangannya tanpa diduga batu dari dasar sungai menempel di tangannya. Sejak itulah Ia dipanggil Haji Batu. Singkat cerita, Haji Batu memberi wasiat kapada keluarganya, bahwa ketika dia meninggal dunia agar dikuburkan di bawah pohon mangga yang berada di Bukit Ponan. (JEN/SR)
Sumber : www.samawarea.com

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More